Senin, 02 September 2013

Random #4

  

When you got nothing left to be proud of
Feet to walk, arms to hold
Sight of the world, strength of the rod
When you have nothing to share but blink of limitation
Who will be there for you?
People you love or people love you?



found that when I went to a book fair and randomly opened a book.
Oh well, what a deep paragraph, in my opinion.

Because what you have now is actually not yours. Anytime, they could be taken without sign or permission. Then what? One does not simply about living a life normally, because for some, being normal is just cost too much..

Semangat (ga) semangat

Things in life have their own ups and downs, termasuk juga nulis blog.  Kalau lagi semangat, I could post 5 simple writings a day, karena tanpa sadar ide-ide itu teruntai menjadi kata dengan gampangnya. Tapi kalau lagi ga semangat, sebulan bisa terlewati tanpa punya satu pun tulisan. Udah di depan laptop dengan ide-ide yang berhamburan, tapi merangkai katanya susah. Hingga akhirnya ide-ide itu cuma jadi kumpulan ide yang tercerai-berai, ga koheren. Ah typical…

Kemudian hari ini, hari pertama semester 3, I am officially not a ‘maba’ anymore. Hahaha. Welcome juniors!


To think about daily routine which I will face (insya Allah) gave the ups and downs itself. But I have got a great holiday actually.. ;)

Sabtu, 24 Agustus 2013

Ketika si Ganteng Hilang

Matahari bersinar cerah siang menjelang sore itu, menemani dengan hangat melewati pertengahan Ramadhan. Di gang yang tidak seberapa lebar itu –paling hanya muat dua motor bersisian- penghuninya sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing; tidur siang, mengobrol ringan, menonton tv, atau memepersiapkan hidangan berbuka sore nanti.

Di sebuah rumah mungil dengan 5 orang penghuni, kelima penghuninya juga sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Sang ayah memilih menghabiskan waktu siang dengan mengutak-atik motor kesayangannya di beranda rumah. Sang ibu, sibuk berlalu-lalang di dalam rumah, dapur-beranda, memasak makanan sambil menjemur pakaian. Si sulung perempuan yang berumur 10 tahun, asyik tertidur di atas kasurnya, lelap dalam dunia mimpi yang entah seperti apa. Si perempuan nomer dua sedang bermain bersama teman-temannya, memainkan apa saja, kelereng, bola, lompat karet, apa saja. Sementara si bungsu lelaki, yang paling ganteng di rumah ini dengan usia yang baru berbilang dua tahun, ikut-ikut menghabiskan waktu di beranda. Mulut kecilnya sesekali bertanya ini-itu pada sang ayah, dengan didominasi kata ‘apa’.

Siang mejelang sore itu, penghuni gang yang tidak seberapa lebar itu masih menikmati aktivitas masing-masing. Matahari yang bersinar tidak terlalu terik tidak bisa menghalangi tampak indah biru langit. Ditambah angin semilir yang berhembus melewati jendela-jendela yang terbuka, siang menjelang sore itu menjadi begitu nyaman untuk bersantai atau bermalas-malasan.

Kembali ke rumah mungil tadi, si sulung masih terlelap sambil memeluk guling yang panjangnya hanya kalah sedikit dari tinggi badannya. Sang ibu telah menyelesaikan pakaian yang harus dijemurnya, menjadikan pergerakannya kini hanya berbatas dapur. Sementara sang ayah entah masih melakukan apa pada motornya, ditemani segala macam kunci dan perkakas bengkel.

Matahari semakin condong ke barat. Meski belum memasuki waktu Ashar, suasana di gang yang tidak seberapa lebar itu sudah semakin sejuk. Sang ayah semakin terlarut dengan motornya. Si sulung belum memberikan tanda-tanda akan mengakhiri tidurnya. Si nomer dua semakin asyik bermain dengan teman-temannya di tepi gang. Sang ibu, entah pasal apa meninggalkan dapurnya menuju beranda rumah untuk menengok pakaian-pakaian yang sedang dijemur. Setelah membetulkan satu-dua posisi gantungan baju dan kain yang dijemur, sang ibu merasa ada yang kurang dari beranda rumah mereka. Aduhai, mana si ganteng kecil miliknya? Kenapa tak tampak batang hidungnya? Tentu saja, yang pertama ia lakukan adalah bertanya pada suaminya.

Rupanya sang ayah sudah terlalu larut bermain dengan motornya. Sang ayah lengah dan tidak lagi memerhatikan ke mana gantengnya melangkah. Maka ia pun bertanya pada si nomer dua, yang sedang bermain di tepi gang tak jauh dari rumah, barangkali ia melihat ke mana adik gantengnya atau malah mungkin ikut bermain bersamanya. Tapi jawabannya adalah tidak.

Matahari semakin condong ke barat, rasa-rasanya hampir pukul tiga. Tapi tidak, belum sesore itu. Sang ayah mulai bertanya pada tetangga-tetangga di kanan-kiri rumahnya. Kepanikan mulai tersulut di sepanjang gang buntu yang hanya 300 meteran itu. Sang ibu mulai menangis karena ganteng kecilnya ternyata tak ditemukan di sepanjang gang. Sekejap, gang yang lebarnya tak seberapa itu menjadi ramai. Orang-orang menghentikan aktivitasnya, mencari tahu apa yang terjadi, kemudian ikut membantu mencari. Si nomer dua pun menghentikan permainannya, ikut tersedu bersama sang ibu yang sudah begitu paniknya.

Berita hilangnya ganteng kecil ayah sudah menyebar ke luar gang dengan cepat dari mulut ke mulut. Tetangga yang mencari tahu dan membantu mencari pun semakin banyak. Sang ayah, dibantu tetangga-tetangga, mencari keluar gang yang lebarnya tidak seberapa itu, menuju gang lain yang lebih lebar hingga tiba di jalan besar. Namun, setelah habis ditelusuri hingga ke jalan tempat mobil berlalu-lalang, si ganteng kecil ternyata tidak ditemukan. Dengan langkah gontai, sang ayah kembali ke rumah mungil dan memberi tahu istrinya. Beberapa tetangga masih meneruskan mencari, dan bertanya-tanya pada warga sekitar.

Matahari semakin condong ke barat. Pukul tiga sore, meski adzan Ashar belum berkumandang. Saat itulah, entah siapa yang melontarkan, muncul isu bahwa si ganteng ayah dan ibu telah diculik seseorang. Bagaimanalah, situasi bertambah buruk saja. Sang ibu tak hentinya menangis, makin payah mendengar kemungkinan gantengnya yang baru dua tahun diculik seseorang. Si nomer dua juga telah pecah tangisnya, entah mengerti atau tidak, bocah delapan tahun itu memeluk sang ibu. Atas usulan dari seorang tetangga, sang ayah bermaksud untuk melapor ke polisi terdekat.

Ditemani beberapa orang tetangga, sang ayah akan berangkat ke kantor polisi saat tiba-tiba datang seseorang sambil berlari-lari. Alhamdulillah, orang itu membawa kabar baik rupanya. Ganteng ayah dan ibu sudah ditemukan, ia ada di rumah kerabat. Maka tanpa menunggu satu detik, sang ayah langsung bergegas menuju rumah kerabat tersebut.

Rumah kerabat itu terletak tidak terlalu jauh dari rumah mungil ayah dan ibu. Sang ayah memang tidak mencari gantengnya samapi ke sana karena tak terpikir bahwa ganteng dua tahun itu bisa sampai ke sana. Bagaimanalah, jalan yang dilalui untuk menuju rumah kerabat belum berupa jalan beton, melainkan masih berupa tanah merah yang becek saat hujan. Terlebih terdapat satu dua tanjakan dan selokan kecil. Rumah kerabat juga merupakan sebuah rumah yang mungil, lebih tradisional dari rumah mungil ayah dan ibu. Di depan rumah kerabat masih terhampar lapangan yang luas, cukup untuk anak-anak bermain dan berbagi tempat bersama para ayam dan bebek yang juga suka berlarian.

Matahari semakin condong ke berat. Sudah lewat dari pukul tiga. Sesampainya di rumah kerabat yang lebih ramai dari biasanya akibat berita hilangnya ganteng kecil ayah dan ibu, sang ayah menemukan gantengnya tengah duduk beristirahat di beranda rumah kerabat. Si kerabat menjelaskan, ganteng kecil ayah kelelahan habis bermain, mengejar bebek ke sana ke mari. Owalah, si ganteng yang menyulut kepanikan di sepanjang gang rupanya habis bermain bersama bebek. Lihat wajahnya, wajah seorang bocah dua tahun yang begitu riang meski kelelahan, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Mana pula ia mengerti kalau orang-orang dari tadi sibuk mencarinya.

Seketika itu, hilang rasa panik sang ayah yang sudah menggunung. Sang ayah menggendong ganteng kecilnya, mengajaknya pulang ke rumah mungil, bertemu sang ibu yang jauh lebih banyak menyimpan gunungan panik. Ketika itu pula si ganteng dua tahun berceloteh riang pada ayahnya, “bebek banyaaak, aku kejar-kejar tadi! Nanti aku tangkep lagi ya?” yang hanya dibalas dengan tawa oleh sang ayah.

Ketika itu pula si ganteng dua tahun berceloteh riang pada ayahnya, “bebek banyaaak, aku kejar-kejar tadi! Nanti aku tangkep lagi ya?” yang hanya dibalas dengan tawa oleh sang ayah.

Sesampainya sang ayah di rumah mungil, sang ibu langsung memeluk si ganteng kecil sambil mulutnya tak henti mengucap syukur. Matanya masih berlinang air mata yang belum habis-habis. Si ganteng kecil yang dipeluk seperti itu hanya bisa menatap terheran-heran, lantas bertanya pada sang ibu tetap dengan wajahnya yang menggemaskan. Sang ibu hanya menjawab dengan gelengan.

Matahari semakin condong ke barat. Adzan Ashar akhirnya berkumandang. Satu per satu tetangga yang berkerumun di rumah mungil ayah dan ibu mengundurkan diri. Sejuk kembali terasa di sepanjang gang yang luasnya tak seberapa itu, dibawa oleh angin. Satu dua terdengar seruan lega, lega bahwa si ganteng kecil ayah dan ibu tidak benar-benar diculik.

Semua penghuni gang kembali menyibukkan diri dengan aktivitas masing-masing; menunaikan sholat Ashar, mandi, hingga persiapan berbuka puasa. Termasuk sang ibu yang kembali melanjutkan masakannya yang terabaikan sebentar di dapur. Sang ayah nampaknya tidak berselera lagi mengutak-atik motornya, jadi ia hanya menyelesaikan pekerjaannya, lantas membereskan perkakas. Si nomer dua urung melanjutkan permainannya yang terhenti, lebih memilih bercanda-canda di dalam rumah dengan adik gantengnya yang habis ‘menghilang’ itu.

Sepertinya ada yang tertinggal dalam potongan cerita ini bukan? Lihat, si sulung akhirnya terbangun dari tidur siang nyenyaknya. Ia mengerjapkan mata, menggeliat, lalu menguap panjang, berusaha mengusir sisa kantuknya. Ia lantas menuruni ranjang tempatnya tertidur dan keluar dari kamar. Melihat dua adiknya sedang bercanda-canda di lantai yang terbuat dari keramik putih, ia pun turut serta. Sampai sang ayah menyuruh mereka sholat Ashar, barulah candaan mereka terhenti. Si sulung tidak mengetahui sama sekali kepanikan besar apa yang baru saja hadir di rumah mungil ayah dan ibu.

Matahari semakin condong ke barat. Sedikit lagi hingga waktu yang dinantikan untuk berbuka puasa tiba. Warna langit sudah semakin tembaga. Lingkaran emas besar yang bersiap tenggelam di cakrawala tidak bisa terlihat dari gang yang lebarnya tidak seberapa itu. Hingga adzan Maghrib berkumandang, si sulung tetap tidak tahu bahwa adik gantengnya sempat ‘menghilang’ tadi siang. Dalam kepanikan, tak ada penghuni rumah mungil yang ingat bahwa dirinya masih lelap tertidur di kamar dan membangunkannya. Hingga dua hari kemudian, saat seorang tetannga bertanya padanya bagaimana adik gantengnya ditemukan, barulah ia tahu bahwa adiknya pernah ‘menghilang’. Dan itulah aku, si sulung yang tertidur sangat nyenyak sehinga tidak tahu apa-apa sampai cerita tentang adik gantengnya yang menghilang diceritakan kepadanya.. (-___-)

Jakarta, 24 Agustus 2013
Diceritakan kembali dari kisah nyata, dengan beberapa penyesuaian 

Kamis, 22 Agustus 2013

Monsters University

Sekilas tentang Monsters, Inc.

Masih ingat dengan “Monsters, Inc.”? Monsters, Inc. merupakan sebuah film animasi dari Disney dan Pixar yang dirilis pada Oktober 2001. Film ini menceritakan tentang sebuah perusahan dengan motto “We scare because we care”, berisi monster-monster menyeramkan yang menyuplai seluruh energi untuk Monstropolis (kota monster) dengan energi teriakan anak-anak kecil dari dunia manusia. Monster-monster tersebut akan pergi ke kamar anak-anak kecil di dunia manusia melalui pintu khusus. Monster akan menakuti si anak dan diharapkan si anak tersebut akan mengeluarkan teriakan yang mengandung energi. Energi teriakan tersebut kemudian akan dikonversi menjadi energi-energi lain yang digunakan untuk memudahkan aktivitas seantero Monstropolis.


Tokoh utama dalam film ini adalah James P. Sullivan, monster besar berwarna biru dengan totol-totol ungu yang lebih dikenal sebagai ‘Sulley’. Bersama partnernya, Michael (Mike) Wazowski, monster bulat bermata satu, Sulley berhasil menjadi monster pemegang teratas ‘rekor teriakan’ di Monsters, Inc. hingga seorang anak manusia –yang diberi nama Boo oleh Sulley-, gagal ditakuti dan justru malah tertawa melihat Sulley. Boo mengikuti Sulley kembali ke monstropolis dan menimbulkan kehebohan karena monster-monster di Monstropolis percaya bahwa anak-anak manusia merupakan mahluk yang sangat beracun (-____-). Kemudian dimulailah petualangan Sulley dan Mike untuk mengembalikan Boo ke dunianya secara sembunyi-sembunyi.

Monsters University

Monsters University (MU) merupakan sebuah film yang bercerita tentang sebuah perguruan tinggi terkenal di Monstropolis. Sebagaimana universitas-universitas lainnya, di dalam MU terdapat beberapa major, seperti kelas merancang pintu yang menghubungkan Monstropolis dengan dunia manusia, atau kelas perancang tabung penyimpan energi teriakan. Dari majors tersebut, terdapat satu jurusan favorit yang tiap tahun menjadi incaran para calon mahasiswa MU, yaitu School of Scaring. Di sini, students will be educated to be a scared monster which later be incorporated by Monsters, Inc.


Mike Wazowski, sedari kecil sangat ingin menjadi salah satu scared monster sejak kunjungan sekolahnya ke Monsters, Inc. Mike akhirnya officially became a college student in MU.  There he met Sulley, who was at first became a really annoying guy for Mike karena Sulley begitu menyombongkan tampang seram yang dimilikinya yang menjadi kelemahan bagi Mike. Meski bermodal wajah seram, Sulley rupanya merupakan siswa yang malas belajar sehingga menjadikannya tidak memahami dengan baik teori-teori menakuti yang diajarkan di kelas. Dengan kedua alasan yang berbeda, Mike dan Sulley dikeluarkan dari scaring program oleh Hardscrabble, Dekan dari School of Scaring.


School of Scaring

Tiap tahunnnya, MU mengadakan sebuah kompetisi bergengsi yang membuat sang pemenang diakui sebagai monster menakutkan. Singkat cerita, Mike dan Sulley yang semula adalah rival, bergabung membentuk tim dan mengikuti turnamen menakuti tersebut. If them both did win the games, dean Hardscrabble would officially regain them into scaring program. Jadi, apakan Mike dan Sulley berhasil? Penasaran kan? Nonton lah makanya.. ;)

Tidak biasa

Well, sejujurnya saya ga nyangka akan ada film terbaru yang masih berhubungan dengan Monsters, Inc. Setelah lebih dari 10 tahun yang lalu nonton film ini untuk pertama kali, Monsters, Inc. emang kece banget. Sulley si monster biru itu istilah sekarangnya emang unyu banget dengan totol ungu dan bulunya yang keliatan halus banget bikin minta dipeluk, haha. Film-film disney berkelanjutan yang lain, seperti Ice Age dan Cars, ga memiliki rentang waktu selama itu. Yang jelas, saya pribadi bener-bener ga nyangka bahwa setelah berjarak sekian lama, muncul sebuah film baru yang masih berkaitan dengan Monsters, Inc. yang kemudian membuat saya berpikir, 'ini pasti ide untuk membuat Monster University-nya baru keluar deh' entah bener atau engga sih. Tapi, this is really unpredictable, luar biasa! 

Monsters, Inc. VS Monsters University

Kamu suka Sulley pake banget? Maka sepertinya kamu akan lebih menyukai  Monsters, Inc. dibanding MU. Kalau pada Monsters, Inc. Sulley digambarkan sebagai monster yang bijak –apalagi kalau dibandingkan sama Mike-, pekerja keras, lucu, dan jadi lembut kalau sama Boo, maka di MU karakter Sulley yang ditampilkan sangat berbeda. Sebagai siswa yang berasal dari keluarga scarer terkenal, Sulley menjadi angkuh, sok, dan keras kepala karena ketenaran yang diperolehnya effortlessly. Saya sempat kaget juga melihatnya, ‘kok Sulley gitu sih?’ haha. But still, he’s a cute big blue monster!

Atau, kamu suka Mike pake banget? nah, spertinya kamu akan lebih menyukai MU dibanding Monsters, Inc. Kalau pada Monsters, Inc. Mike terlihat sebagai seorang partner yang bawel, ceroboh, walaupun tetep imut, di MU Mike akan terlihat sangat keren sekali. Mike berhasil memasuki School of Scaring dengan semangat dan kerja kerasnya, begitupun saat dia mempertahankan eksistensinya di program itu. Mike sadar bahwa dirinya punya kekurangan besar, yaitu engga seram, jadi dia belajar sungguh-sungguh untuk menutupi kekurangannya tersebut.

Yah jadi kalau di Monsters, Inc. Sulley yang lebih menonjol, maka di MU giliran Mike. Tapi tenang aja kok, mereka berdua tetap dapat porsi ‘nongol’ yang lebih banyak dibanding monster lain, hehe.

Kehidupan Kampus

Buat saya yang seorang mahasiswa, MU itu kece banget karena bisa menggambarkan kehidupan kampus di dunia monster begitu natural seperti yang sering terjadi di dunia manusia. Di MU juga ada geng-geng yang secara kasat mata mengelompokkan pelajar di sana, seperi ROR (Roar Omega Roar) yang cuma berisi monster-monster terseram, tangguh, dan pintar dari School of Scaring. Atau ada juga OK (Oozma Kappa) yang berisi monster-monster yang terlihat unyu dan konyol. OK ini kemudian akan menjadi grup tempat Mike dan Sulley bergabung untuk berkompetisi dalam scaring game dengan ROR.

OK sedang latihan

here is the most famous gank in campus, ROR!

Dengan menonton ini, semangat saya tentang kampus jadi semakin menggebu-gebu loh! Mungkin ayah dan ibu kita kalau lihat ini akan mersa muda kembali #eh hehehe.


Over all, Monster University ini recommended banget deh untuk ditonton. Mau sama siapa aja oke kok, ajak semua tuh adik, kakak, orang tua, temen, keluarga besar, semua lah pokoknya. Banyak adegan lucu yang bisa mengocok perut, tapi tetep adegan seru yang bisa bikin penonton menahan napas juga ada. Film ini bikin seger, semangat, dan bikin sadar kalau sendiri itu ga ada apa-apanya, mending saling melengkapi kaya Sulley dengan wajah seramnya dan Mike dengan otaknya. ;)

Rabu, 21 Agustus 2013

Random #3

bukan bata yang aku tak punya
karena bahkan sebuah kerikil bisa berguna

bukan pula ide yang lama tak menyapa
mereka berkelebat setiap hari memenuhi kepala

tapi benang yang aku cari
ya, benang
yang kuat dan lentur
untuk menghubungkan setiap manik
sehingga menjadi untaian
yang berguna dan enak dipandang
yang bisa bermanfaat bagi orang

manik-manik tak pernah habis
selalu menunggu untuk disusun

manik yang berwarna-warni
lagi bermacam bentuknya
tapi kadang tajam
awas kau tergores
apalagi menggores yang lain

Kamis, 25 Juli 2013

16 Ramadhan yang ke-4

Ramadhan adalah bulan yang selalu spesial dengan segala keutamaannya, terlebih dengan adanya salah satu peristiwa besar untuk GRADIATOR.

-di balik 16 Ramadhan-

Angkatan 15 MAN Insan Cendekia Serpong, tentu saja saat pertama ‘mendarat’ di Insan Cendekia belum memiliki nama. Adalah sebuah tradisi positif bagi setiap angkatan untuk memiliki nama, lambang, serta yel-yel. Jadilah angkatan 15, yang waktu itu masih beler-beler #eh, berkumpul untuk merumuskan segala pernak-pernik angkatan yag diperlukan, lengkap dengan pengurus.

Trus ada apa dengan tanggal 16 Ramadhan?
Cerita punya cerita, setelah dirumuskan sedemikian rupa, terbentulah pengurus angkatan 15 dan terpilihlah nama angkatan, belum memiliki lambang dan yel-yel (eh iya ga sih? Lupa, haha). Nah, kemudian pada tanggal 16 Ramadhan 1430 H, saat angkatan 15 mendapat giliran untuk membangunkan sivitas IC sahur, di-launching lah sebuah nama yang telah terpilih itu melalui ‘siaran’ sekolah, yaitu:

GYCENTIUM CREDAS DISORATOR

Sejak saat itu, ditetapkan lah tanggal 16 Ramadhan 1430 H yang bertepatan dengan 6 September 2009 sebagai hari lahirnya angkatan 15. Yeay!

-sedikit nostalgia-

Ultah GRADIATOR yang pertama, baik dalam versi Hijriah ataupun masehi, waktu itu ga terlalu dirayain. Maksdunya ga bikin pesta gitu kan kita, haha. Waktu itu 6 September 2010 jatuh di tengah-tengah libur lebaran, jadilah kita sedang berada di kampung halaman masing-masing. Seingat gue, waktu itu kita cuma mau bikin rekor 15000 komentar di Facebook? Iya ga sih? Haha, mohon koreksi dong..

Kemudian ultah GRADIATOR yang kedua, sepertinya merupakan ultah yang paling spesial nih. Salah satu alasannya, yaitu memang merupakan tradisi di IC kalau angkatan yang sedang berada di kelas XII merayakan ulang tahunnya. Jadilah waktu itu GRADIATOR menyelenggarakan pesta selamatan kecil-kecilan pada 16 Ramadhan di kantin IC. Hayoo, pada masih inget ga? :p

dekorasi kantin

Yang paling baru, ultah GRADIATOR ke-3 kemarin, dirayakan dengan meriah secara terpisah per region karena 6 September 2012 lalu, massa gycen sudah memasuki kehidupannya sebagai mahasiswa di kampusnya masing-masing. Jadilah merayakannya pun terpaksa terpisah-pisah, di Bandung, Depok, dan Jogja yang merupakan region-region dengan persebaran massa gycen terbanyak. Kita juga melakukan video call via skype antar region loh, ke Jogja, ke Bandung, bahkan ke Padang bersama Deta dan Doni! :D


kue ultah Gycen JKT-49 :9

Dan hari ini, adalah 16 Ramadhan yang ke-4 setelah launching nama. Berarti, GRADIATOR sudah menginjak usia yang ke-4 versi Hijriah yang bertepatan dengan 25 Juli 2013 *versi pemerintah*. Hari ini, kita ‘membombardir’ twitterland dengan tweet-tweet yang bertagar #gcd415. Yeay! Semangat semoga bisa jadi TTWW walau cuma 5 detik.. :p

-selamat dan doa-

Selamat milad, GRADIATOR, angkatan gue yang kece pake banget! Selamat milad versi kalender Hijriah!
Semoga makin kece, tetep terjalin silaturrahminya, tetep saling mengingatkan, tetep jadi bocah-bocah gycen unik yang pernah gue kenal.. :”)
Semoga juga kita tetap layak menyandang gelar alumni Insan Cendekia ya..
Oiya, ayo sama-sama kita sukseskan Roadshow IAIC 2013! #tetep hehehe..

“Never broken always unite, cause we’re the best no matter what!”


Dulu

Selamat datang di era millennium! Pada masa ini, segala sesuatunya sudah terbilang mudah. Tidak perlu bersusah-susah teriak atau berlari-lari memanggil seseorang yang jauh di sana, kan ada yang namanya Handphone. Tinggal tekan tombolnya, dan kau pun terhubung dengan orang yang dimaksud. Apalah arti sebuah selat kecil yang memisahkan pulau Jawa dengan Madura, sudah ada jembatan besar nan kokoh sepanjang kira-kira 5 km  yang menghubungkannya. Tak perlu lagi repot-repot menumpang kapal untuk menyebrang. Komunikasi lintas negara bahkan benua pun menjadi sangat mudah dengan kehadiran ‘mahluk’ yang disebut ‘internet’.

Hoi, ternyata soal-soal sepele seperti makanan juga semakin mudah diperoleh. Kalau ingin memakan benda panjang keriting dari tepung terigu yang disebut mie, maka sudah tidak perlu lagi repot-repot menguleni adonan tepung terigu dan menarik-nariknya. Sudah ada yang namanya ‘mie instan’ di era ini. Bahkan benda-benda lain dengan embel-embel instan pun mulai bermuculan, seperti pop corn, bubur, pudding, bahkan si vla yang senantiasa menemani pudding. Boleh jadi nanti bisa ditemukan pizza instan, tinggal masukkan ke dalam benda ajaib bernama 'microwave', tunggu 3 menit, dan Ting! pizza lezat siap dihidangkan. who knows?

Ah, hebat sekali zaman ini bukan? Apalagi dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang pesat laksana rudal yang ditembakkan dengan kecepatan penuh. Semoga tidak perlu ada yang namanya Perang Dunia III. Karena tidak terbayangkan bukan, amunisi seperti apa yang akan digunakan dalam perang? Rudal dan bom atom pun mungkin sudah kalah seru, tergantikan oleh virus mematikan yang menyebar dan dalam sekejap menghabisi satu negara.

Sayangnya, aku tidak tahu, apakah lantas kemajuan teknologi itu menambah kearifan yang kita miliki pada Ibu Alam atau hanya menambah rasa tidak puas berkepanjangan. Aku tidak tahu, apakah lantas kemajuan teknologi menghilangkan harga dari sebuah kejujuran atau malah menjual mahal kata menang. Oi, jangan-jangan aku yang mengoceh begini justru sebenarnya ‘tidak tahu apa-apa’?

Sebenarnya yang meresahkanku adalah tentang kekayaan alam yang makin sedikit ini. Kalau aku mendengar mamaku bercerita tentang masa kecilnya, yang berkecamuk hanyalah rasa iri. Katanya, “Dulu waktu Mama masih kecil, kalau mau masak sayur apapun ga perlu beli. Tinggal nyari aja di kebon trus di masak deh. Buah juga sama. Kalau lagi main di kebon tuh kenyang, Nel, bisa mungutin buah trus langsung dimakan.” Aduhai, mana pernah aku bermain pada tanah luas berisi sayur-mayur dan buah-buahan begitu (paling di Mekarsari). Kebun-kebun itu sekarang sudah berganti, menjadi rumah-rumah yan dibangun berjejer rapi. Mencari rumah dengan kebun yang luas pun sudah terbilang sulit di kawasan Jakarta yang padat penduduk ini.

Yang terjadi pada hewan-hewan di hutan sana juga sama saja. Dulu, boleh jadi Indonesia memiliki tiga jenis harimau yang berbeda, Harimau Jawa, Harimau Sumatera, dan Harimau Bali. Sekarang? Jangan ditanya, tinggal satu spesies di Jawa ini yang masih ada dengan jumlah populasi yang tidak seberapa. Aku bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melihat ketiganya secara langsung dan mengenali perbedaannya. Yang tinggal hanyalah bacaan pada buku teks, internet, serta ‘omongan’ para peneliti terdahulu. Mungkin harimau-harimau yang dulu bebas berlari itu sekarang sudah menjelma menjadi hiasan rumah, tas, sepatu, atau mantel hangat.

Aku jadi bertanya-tanya, apa aku juga akan menceritakan hal yang serupa pada anak-cucuku kelak? Hari ini boleh jadi aku menceritakan keindahan Pulau Condong di Lampung Selatan kepada kalian dengan mata berbinar-binar. Pasirnya yang putih, air lautnya yang bening, ikan-ikan kecil yang bermain di pinggiran pantai, bintang ular laut yang sibuk berputar, timun laut yang asik menggeliat.. Kira-kira itu semua akan bertahan sampai kapan? Jangan-jangan aku akan menambahkan banyak kata ‘dulu’ itu dalam ceritaku, “Dulu, waktu Mama masih SMA, Pulau Condong itu indak sekali, kak…”? Atau jangan-jangan lagi, anak-anakku bahkan tidak punya kesempatan untuk melihat betapa indah lorengnya harimau? Ugh, membayangkannya saja mengerikan.


Ah, hanya sebuah pemikiran yang ingin kubagikan…

MPKT


“Belajar itu tidak selalu saklek ada di kelas, tapi di mana pun, bahkan dari sebuah hiburan yang tepat” -Aku-

Sayangnya, yang ingin kuceritakan di sini adalah sebuah pelajaran di kelas. Adalah MPKT (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi) yang menginspirasi, haha. MPKT merupakan mata kuliah yang aku dapatkan saat menjalankan dua semester pertama kehidupanku sebagai mahasiswa Universitas Indonesia. Ada dua macam MPKT yang didapatkan, yaitu MPKT A (sosial-humaniora) dan MPKT B (teknologi, sains, dan kesehatan). Bukan main, bobot yang dibawa kedua MPKT tersebut ialah 6 sks untuk masing-masingnya.

Meski membawa bobot sks yang cukup banyak, 12 kalau ditotalkan, sayangnya MPKT masih sering dianggap sebagai pelajaran yang gabut, abstrak, dll. Memang sih, sebagian besar (atau seluruhnya?) kelas MPKT diisi dengan membuat rangkuman, peta konsep, borang, diskusi kelompok, dan presentasi yang sedikit membuat bosan. Tapi untukku, mata kuliah ini keren sekali!

Pada MPKT A, yang sedikit banyak mirp dengan pelajaran kewarganegaraan, dipelajari ialah hal-hal yang berkaitan dengan bidang sosial dan humaniora. Mulai dari otak manusia yang terkecil, karakter, kepribadian, individu, kelompok, masyarakat, budaya, sampai yang terbesar dari kesatuan-kesatuan dan membentuk bangsan dan negara Indonesia. Sedangkan pada MPKT B, hal-hal yang dipelajari lebih bersifat eksak dan merupakan ilmu pengetahuan alam. Di antaranya ialah siklus hidrologi, daya dukung bumi, keanekaragaman hayati, mutasi, statistik, sistem tata ruang perkotaan, sampai segala hal tentang banjir. Kedua MPKT tersebut tentu saja difokuskan mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan keadaan Indonesia, baik masyarakat maupun keadaan alamnya.

Berangkat dari segala pemahaman yang aku dapatkan selama belajar MPKT, Indonesia itu memang sangat amat keren sekali. Lebih, lebih, lebih, dan jauh lebih keren dari yang aku tau selama ini. Mahasuci Allah yang telah mendesain Indonesia sebegitu rupa sehingga tidak hanya kaya pada sumber daya alamnya, tetapi juga sumber daya manusia. Hoi, di mana lagi bisa kita temukan negara yang seperti Indonesia?

Sayang disayang, yah kubicarakan lagi-lagi, kadang kearifan yang sejatinya dimiliki manusia semakin berkurang, baik dalam interaksi kepada Tuhan, kepada alam, dan kepada sesamanya. Aku tidak bilang kau tidak arif, tentu saja tidak. Masih banyak ‘seseorang’ yang peduli terhadap banyak hal. Aku juga tidak bilang aku ini termasuk yang peduli, hanya berusaha saja menjadi peduli, hehe..


Yah intinya, banyak pake banget pelajaran yang dapat diambil dari MPKT ini. Walau terkadang emang rumit, abstrak, membosankan, tapi kalau ditilik dari sisi lain ternyata MPKT ini juga sangat bermanfaat. Walau dulu sewaktu kecil aku juga pernah berpikir, “apalah belajar pkn ini? Sudah abstrak, tak ada parameter yang pasti” tapi ternyata sangat bermanfaat loh. Seengganya, semoga efek dari MPKT ini sesuai dengan apa yang disusun, dirancang, dan diharapkan tim dosen MPKT, yaitu mencetak generasi unggul yang peka terhadap sekitar, baik kepada Tuhan, alam, dan sesama manusia.Well, mari cintai Indonesia! 

Turned 19

I was exactly 19 years old last 14, yeay! Alhamdulillah.. :D

First I opened the google chrome window, google site appear. And showed a picture:
I was thinking, “wah siapa nih yang nemuin cake sama tart? Lagi ultah juga kah?” and really didn’t have any thought about my own birthday. But when I moved the cursor, the picture congratulated me, yeay! Hahaha norak banget lah. Thanks google! ^^

Biggest wishes this birthday:
ROADSHOW SUKSES! *fight*
(ah, ini kepanitiaan pertama yang gue ketuai langsung, atau boleh jadi satu-satunya)

Sudah tua, nay. Sudah bukan saatnya lagi suka merajuk. Jangan lupa adiknya udah empat.. #abaikan

Alhamdulillah, semoga masih banyak kesempatan untuk berbuat banyak J

Selasa, 25 Juni 2013

Dirgahayu Jakarta-ku 486

“Biar orang berkata apa, aku tetap cinta”

Selamat Ulang Tahun, Jakartaku! Wah sudah ‘banyak’ sekali usiamu ya, kepala 48 hihihi. Semoga di uisamu yang menjelang 5 abad ini, ‘kesehatanmu’ baik-baik saja ya, lebih sehat lagi malah kalau bisa. Oiya, jangan suka marah-marah sama pendudukmu ya. Kami ini memang egois karena cuma memikirkan kepentingan kami sendiri tanpa peduli terhadap daya dukung yang kau miliki. Tapi tenang saja, karena tidak sedikit juga kok yang peduli terhadapmu. Terus berjuang ya, Jakarta!



 Semoga orang-orang yang memiliki ‘kuasa’ atasmu semakin bijak dalam memanfaatkanmu ya, biar ga saling menyakiti gitu. Doakan kami juga, pemuda-pemuda penerus perjuangan, semoga kelak bisa memberimu kado ulang tahun terindah..

taken in Museum Daerah DKI Jakarta, TMII, on 10 Feb 2013

You know, I was born here and spent most of my time also in this Indonesia’s ‘the city never sleeps’. I even don’t know, entah udah berapa generasi dari keluarga, kakek-nenek dan para pendahulu, who spent their lives here with you. Maybe that’s why we are called ‘orang betawi’. My mom told me the story my grandfather told her about my great-great-grandfather’s life during Netherlands colonial era in Batavia and that just drive myself to love you so much. Thank you, Jakarta! I bet I would never have a wonderful life like this without your existence, ever.
  

Taman Nasional Gunung Merapi

9 Maret 2013 lalu, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang –secara geografis- terletak di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam rangka studi banding OMPT Canopy UI dengan BiOSC (Biology Orchid Study Club) UGM. Ini merupakan pengalaman kedua saya mengunjungi dan ‘bermain-main’ ke taman nasional, setelah bulan Januari sebelumnya berhasil mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Seru banget lah! :D

Gunung Merapi dikatakan mempunyai siklus erupsi empat tahun-an. Erupsi terakhir gunung tersebut –kalo ga salah, kata mentor saya waktu itu, hehe- ialah pada tahun 2009. Erupsi yang terjadi di gunung tersebut mengakibatkan tutupan vegetasinya tidak selebat yang dimiliki Gunung Halimun yang masih terbilang hutan primer. Track yang tersedia juga tidak terlalu terjal dan sulit karena merupakan tanah bekas erupsi. Saat saya berkunjung ke sana, kurang-lebih empat tahun setelah erupsi, kondisi bekas erupsinya sudah tidak terlalu terlihat. Waktu itu juga ga sempat naik sampai ke puncak karena sudah sore. Padahal, -katanya- di puncak Merapi sana sisa-sisa erupsi masih jelas terlihat, entah seperti apa.

Di Gunung Merapi, pada vegetasinya yang masih renggang sekali, ternyata tumbuh berbagai macam anggrek (yang namanya aja susah-susah banget -__-). Malah ga keliatan itu anggrek deh bagi orang awam seperti saya ini. Dan karena waktu itu lagi ga konek, penjelasan mentornya ga ada yang masih saya inget coba. Bahkan nama spesiesnya aja ga ada yang inget sama sekali, hahaha *tertawa miris*. Anggrek yang umum beredar di masyarakat ialah anggrek yang berbentuk bunga sejati yang jelas dan mudah dikenali, seperti anggrek bulan. Sementara anggrek-anggrek yang saya temukan di Gunung Merapi sangat berbeda dengan anggrek yang sudah saya tahu selama ini. tapi tetep sih epifit juga. Kemudian tiga foto di bawah ini adalah anggrek. Apakah anda mengenalinya sebagai anggrek? Karena saya -pada awalnya- tidak, haha.. --a




Intinya, berkunjung ke taman nasional tuh seru banget! Saya baru mengunjungi dua taman nasional, dan masih banyak lagi taman nasional yang tersebar di penjuru negeri. Semoga ada kesempatan untuk bisa melihat langsung beberapa taman nasional lagi, amin. Keliling Indonesia ternyata emang seru banget yah.. J

2012
Canopy UI & BiOSC UGM

3o1 goes to TMII

 “Same place, different case”

Sudah hampir 4 tahun kami lulus dari MTs Negeri 1 Jakarta. Alhamdulillah masih sering ngumpul kalau liburan dan buka puasa bersama kalau lagi puasa (iyalah). Kali ini, giliran Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang beruntung kami kunjungi, haha. Hari minggu itu, 10 Februari 2013, berdelapan kami pergi ke sana Yah walaupun judulnya kumpul kelas yang waktu itu beranggotakan 36 orang, sampai sekarang belum pernah semuanya datang sih. Lagi-lagi, orangnya itu-itu aja...


Karena berangkatnya lumayan siang, jadi sampai di sana cukup siang juga. Akhirnya kami langsung mencari tempat peristirahatan untuk makan siang, baru sampe langsung makan coba, haha. Dan dipilihlah rumah adat DKI Jakarta sebagai tempat  makan.

sushi asli buatan Indah :9
gaya apa coba makan kerak telor pake sumpit, haha
di depan rumah betawi

Setelah berbingung-bingung ria mau lanjut jalan ke mana, akhirnya dipilihlah Taman Burung sebagai tujuan berikutnya, yeay!


berdelapan

ngeliat apaan coba, haha


ditraktir amir dan rahma (y)
Sekitar hmm, sebelas tahun yang lalu, saya pernah mengunjungi Taman Burung yang sama, tetapi dengan keluarga. Yah kalau boleh dibandingkan, kualitasnya menurun sejak kali terakhir mengunjunginya. Mungkin karena waktu itu Taman burung tersebut masih terbilang baru, suasananya masih sangat ‘hijau’ dan teduh. Fasilitas-fasilitas yang ada juga terbilang masih baru dan bagus. Entah salah siapa, tapi ini bisa dijadikan pelajaran baik bagi pihak pengelola maupun pengunjung agar senantiasa menjaga fasilitas umum. Rasanya sangat disayangkan jika sebuah tempat wisata menurun kualitasnya hanya dalam rentang sepuluh tahun. Berbeda dari yang kita harapkan, bukan?

Jumat, 21 Juni 2013

Kabut

Apakah aku terlalu sibuk membuat kabut itu menjauh dariku?

Hari-hari yang panjang, saat aku semakin menyadari ternyata banyak sekali ada kabut. Terlebih saat aku sadar bahwa kabut tersebut hanyalah kabut yang sangat tipis, menyelimuti dengan lembut. Hei, apakah aku harus menyibak kabut-kabut itu? Karena mataku ini tak setajam mata kalian. Tapi bagaimana aku menghalau kabut  lain sementara kabut yang menutupiku belum lenyap?


Tapi akhirnya hari ini aku paham, bahwa mengetahui senyummu di balik kabut sangat menyenangkan. Akan kulakukan lagi kalau begitu..

(ditulis hari ini, pada tumpukkan buku)

Aku, Kamu, dan Kita

Ini negeriku, sob. Tapi ini negerimu juga. Ini negeri kita! “Kedaulatan ada di tangan rakyat (UUD 1945 pasal 2 ayat 1)” rakyat itu adalah kita dan bukan presiden, kan? 
Menilik Indonesia tentunya akan ada ‘cerita’ dari berbagai penjuru negeri, misalnya ‘cerita’ tentang kenaikan hrga BBM yang sedang marak akhir-akhir ini. Dalam setiap ‘cerita’ tentunya akan ada tokoh antagonis dan protagonist yang akan memberi bumbu sesuai perannya masing-masing. Untuk menilai mana tokoh antagonis dan protagonist, akan kembali kepada si penilai dan perspektif yang dimilikinya. Suatu ‘cerita’ bagus atau engga pun akan kembali pada si pengamat cerita. Dan perspektif itu ternyata relatif, sob.

-Menjadi Kritis-

Dari sekian banyak ‘cerita’ yang terjadi, tentunya kita semua sebagai warga negara setidaknya perlu tahu apa yang terjadi. Berpikir kritis dan menaggapi sesuatu dengan tepat aka lebih dibutuhkan lagi. Jangan sampai kita cuma ikut-ikutan atas isu-isu yang muncul berkaitan dengan suatu ‘cerita’, baik isu positif ataupun negatif, baik isu pro maupun kontra. Karena omongan kita yang tanpa dilandasi pemikiran kritis bisa merusak, sob. Apalagi kalo ternyata lo cuma mau ‘seru-seruan’ dari semua itu. Dipikir lagi lah ya..
Menjadi kritis bukan berarti melawan. Menjadi kritis juga bukan berarti harus jadi yang paling benar, apalagi paling mau didengar. Lantas apa itu menjadi kritis? Yah, definisi kritis menurut saya adalah berpendapat mengenai suatu hal secara semsetinya dengan berlandaskan fakta dan bukti yang ada. Menurut lo apa, sob? Well, lagi-lagi definisi itu ga ada yang salah.

-Saintis bukan Apatis-

Ya, saya –insyaAllah akan menjadi- seorang saintis. Lantas apa berarti seseorang yang bukan memiliki latar sosial-politik-ekonomi boleh acuh tak acuh atsa lingkungannya? Hmm, kayanya engga gitu juga deh, sob. Ini kan negeri kita, tempat kita menghembuskan nafas sehari-hari, masa iya kita ga peduli? Trus berharap ada orang lain yang mikirin gitu? Sedih sih rasanya kalo denger ada yang ga peduli dan ga mau tau sama keadaan sekitarnya. Kalo ga mau repot-repot bertindak, seengganya kita harus tau, sob. Jangan sampe nih, terjadi sesuatu dan kita gatau sama sekali atau cuma dengar sepintas dari pembicaraan orang lain. Wah, ga update itu namanya..
Dulu saya juga berpikir bahwa sepertinya itu bukan ranah seorang saya –yang ingin jadi saintis- untuk turut ‘ribut’ dan bisa menyerahkannya pada sang ahli. Tapi ternyata jadi apatis ga seru loh, hehe. Untuk sebuah alasan egois, “mana bisa lo jual ilmu lo kalo ga paham lingkungan sekitar pasar, sob?” atau untuk sebuah kepedulian yang ga perlu alasan, kita memang mesti cari tahu tentang ‘cerita’ di negeri ini. Negeri kita, kan?

Yah, mungkin ocehan ini aneh. Tapi sekiranya saya ingin berbagi sama lo semua, sob. Berada dan menimba ilmu di kampus kuning yang dekat dan tanggap dengan ibukota ini benar-benar sebuah pengalaman seru buat saya. Ternyata kita sebagai rakyat bisa berbuat banyak, sob, ga cuma manggut-manggut saja kalau disuruh sesuatu sama ‘orang-orang atas’ sana. Kita bisa memberi kritik dan saran, mendukung, membantu, mengawasi, atau lebih kerennya memikirikan bagaimana supaya keputusan bisa dipoles demi Indonesia yang makin maju.

Jangan sampe lah ada lagi bumbu-bumbu hangus di ‘cerita’ yang bikin rasanya jadi ga enak. Malu lah, sob, sama Ibu Pertiwi. Sudah lebih dari kepala 6 umur merdekanya, jangan sampai mental pemudanya bini-gini aja, apa lagi makin buruk. Ayo lah kita majukan Indonesia ini dengan tangan kita sendiri, biar bangga Ibu Pertiwi lihat anak-anaknya kelak. Jangan lupa doain Indonesia-nya ya, sob, biar makin keren. Bismillah, ayo kita sama-sama!

We Four in Here

To my dearest siblings,
Having you all would be one of the best moments ever.
Here, when I’m 18 and you don’t even have swing.
When your pink cheeks can completely be mine.
When it’s free to laugh or to roll at the ground.
We play like nothing else matter.
We play like time just stands steadily there.
And you play till fight so badly and mommy calling out my name.

Yeah, we are four..

Sabtu, 15 Juni 2013

Time Flies

It’s already June here. I’ve just finish my two semesters as a college students. However, time flies really fast that I couldn’t grab many things. It seems like times grew faster that I’ve felt when I was in high school, didn’t it? Or am I the one feeling that way, huh?

It’s such a sorry again if you were waiting for my writings (don’t know if it’s really happening :p). Well, but this is a quite long holiday that could last for three months in rough and I think I would post many drafts which is only half to go. Have a nice read!


Oh wait, did I miss your birthday eve, my sweetest blog ever? Haha, don’t be mad at me then. Please keep your faith to listen to anything I’ll tell you, really..

Minggu, 28 April 2013

Twitter

Kenapa?
Satu-satunya medsos yang masih rajin gue kunjungi.
Soalnya praktis sih.


Sampai jumpa di twitter-land! :)

Kata


Fuuuhhh..
Kembali meniup debu dari laman yang sudah lama tak disinggahi ini.
Aduhai, aku lupa nikmatnya menuang cerita.
Perhatian ini selalu tersita pada laporan yang tak ada habisnya.
Sekali dua waktu terasa berjalan begitu lama.
Lebih sering terlewat begitu saja.
Rindu untuk menulis segala yang kusuka.
Ribuan, jutaan, milyaran kata dalam kepala.
Kemudian aku cemburu…         
Pada yang berlari begitu ringannya.

Senin, 04 Februari 2013

Barbeque Party!


Time passed by, our talks and life itself change. But gather with you all guys always makes me miss the time when we were wearing the white-blue uniform…

Hari ini kami ngumpul (lagi). Ya, untuk kesekian kalinya. Walaupun setiap kumpul ini mengusung nama kelas, kelas 3-1 mau ini-itu, tapi kenyataannya yang dateng ga semua sekelas. Yah walaupun kumpulnya cuma ketemu orang-orang itu yang emang demen ngumpul, tetep, ngumpulnya selalu seru dan gue tunggu-tunggu kok..

Kumpul kali ini bertempat di rumah Faiz. Acaranya yaitu nonton dan bakar-bakaran, yeay! Cuma ya tadi kenapa nontonnya mesti Ju-On sih? Kenapa orang-orang demen banget nonton film horror kalo ngumpul hah? -,-
Trus yang paling seru, tentu aja bakar-bakaran. Tadi kita bakar jagung dan ayam. Mantap lah!

persiapan

jagung nih :3

bakar jagung

jagung bakar mateng :9



bakar ayam

Thanks to Faiz for hospitality welcoming us! :D

Ditunggu kumpul selanjutnya, kawan. Ga ada lo ga rame, tiada kesan tanpa kehadiranmu.. :3