Selasa, 25 Juni 2013

Dirgahayu Jakarta-ku 486

“Biar orang berkata apa, aku tetap cinta”

Selamat Ulang Tahun, Jakartaku! Wah sudah ‘banyak’ sekali usiamu ya, kepala 48 hihihi. Semoga di uisamu yang menjelang 5 abad ini, ‘kesehatanmu’ baik-baik saja ya, lebih sehat lagi malah kalau bisa. Oiya, jangan suka marah-marah sama pendudukmu ya. Kami ini memang egois karena cuma memikirkan kepentingan kami sendiri tanpa peduli terhadap daya dukung yang kau miliki. Tapi tenang saja, karena tidak sedikit juga kok yang peduli terhadapmu. Terus berjuang ya, Jakarta!



 Semoga orang-orang yang memiliki ‘kuasa’ atasmu semakin bijak dalam memanfaatkanmu ya, biar ga saling menyakiti gitu. Doakan kami juga, pemuda-pemuda penerus perjuangan, semoga kelak bisa memberimu kado ulang tahun terindah..

taken in Museum Daerah DKI Jakarta, TMII, on 10 Feb 2013

You know, I was born here and spent most of my time also in this Indonesia’s ‘the city never sleeps’. I even don’t know, entah udah berapa generasi dari keluarga, kakek-nenek dan para pendahulu, who spent their lives here with you. Maybe that’s why we are called ‘orang betawi’. My mom told me the story my grandfather told her about my great-great-grandfather’s life during Netherlands colonial era in Batavia and that just drive myself to love you so much. Thank you, Jakarta! I bet I would never have a wonderful life like this without your existence, ever.
  

Taman Nasional Gunung Merapi

9 Maret 2013 lalu, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang –secara geografis- terletak di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam rangka studi banding OMPT Canopy UI dengan BiOSC (Biology Orchid Study Club) UGM. Ini merupakan pengalaman kedua saya mengunjungi dan ‘bermain-main’ ke taman nasional, setelah bulan Januari sebelumnya berhasil mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Seru banget lah! :D

Gunung Merapi dikatakan mempunyai siklus erupsi empat tahun-an. Erupsi terakhir gunung tersebut –kalo ga salah, kata mentor saya waktu itu, hehe- ialah pada tahun 2009. Erupsi yang terjadi di gunung tersebut mengakibatkan tutupan vegetasinya tidak selebat yang dimiliki Gunung Halimun yang masih terbilang hutan primer. Track yang tersedia juga tidak terlalu terjal dan sulit karena merupakan tanah bekas erupsi. Saat saya berkunjung ke sana, kurang-lebih empat tahun setelah erupsi, kondisi bekas erupsinya sudah tidak terlalu terlihat. Waktu itu juga ga sempat naik sampai ke puncak karena sudah sore. Padahal, -katanya- di puncak Merapi sana sisa-sisa erupsi masih jelas terlihat, entah seperti apa.

Di Gunung Merapi, pada vegetasinya yang masih renggang sekali, ternyata tumbuh berbagai macam anggrek (yang namanya aja susah-susah banget -__-). Malah ga keliatan itu anggrek deh bagi orang awam seperti saya ini. Dan karena waktu itu lagi ga konek, penjelasan mentornya ga ada yang masih saya inget coba. Bahkan nama spesiesnya aja ga ada yang inget sama sekali, hahaha *tertawa miris*. Anggrek yang umum beredar di masyarakat ialah anggrek yang berbentuk bunga sejati yang jelas dan mudah dikenali, seperti anggrek bulan. Sementara anggrek-anggrek yang saya temukan di Gunung Merapi sangat berbeda dengan anggrek yang sudah saya tahu selama ini. tapi tetep sih epifit juga. Kemudian tiga foto di bawah ini adalah anggrek. Apakah anda mengenalinya sebagai anggrek? Karena saya -pada awalnya- tidak, haha.. --a




Intinya, berkunjung ke taman nasional tuh seru banget! Saya baru mengunjungi dua taman nasional, dan masih banyak lagi taman nasional yang tersebar di penjuru negeri. Semoga ada kesempatan untuk bisa melihat langsung beberapa taman nasional lagi, amin. Keliling Indonesia ternyata emang seru banget yah.. J

2012
Canopy UI & BiOSC UGM

3o1 goes to TMII

 “Same place, different case”

Sudah hampir 4 tahun kami lulus dari MTs Negeri 1 Jakarta. Alhamdulillah masih sering ngumpul kalau liburan dan buka puasa bersama kalau lagi puasa (iyalah). Kali ini, giliran Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang beruntung kami kunjungi, haha. Hari minggu itu, 10 Februari 2013, berdelapan kami pergi ke sana Yah walaupun judulnya kumpul kelas yang waktu itu beranggotakan 36 orang, sampai sekarang belum pernah semuanya datang sih. Lagi-lagi, orangnya itu-itu aja...


Karena berangkatnya lumayan siang, jadi sampai di sana cukup siang juga. Akhirnya kami langsung mencari tempat peristirahatan untuk makan siang, baru sampe langsung makan coba, haha. Dan dipilihlah rumah adat DKI Jakarta sebagai tempat  makan.

sushi asli buatan Indah :9
gaya apa coba makan kerak telor pake sumpit, haha
di depan rumah betawi

Setelah berbingung-bingung ria mau lanjut jalan ke mana, akhirnya dipilihlah Taman Burung sebagai tujuan berikutnya, yeay!


berdelapan

ngeliat apaan coba, haha


ditraktir amir dan rahma (y)
Sekitar hmm, sebelas tahun yang lalu, saya pernah mengunjungi Taman Burung yang sama, tetapi dengan keluarga. Yah kalau boleh dibandingkan, kualitasnya menurun sejak kali terakhir mengunjunginya. Mungkin karena waktu itu Taman burung tersebut masih terbilang baru, suasananya masih sangat ‘hijau’ dan teduh. Fasilitas-fasilitas yang ada juga terbilang masih baru dan bagus. Entah salah siapa, tapi ini bisa dijadikan pelajaran baik bagi pihak pengelola maupun pengunjung agar senantiasa menjaga fasilitas umum. Rasanya sangat disayangkan jika sebuah tempat wisata menurun kualitasnya hanya dalam rentang sepuluh tahun. Berbeda dari yang kita harapkan, bukan?

Jumat, 21 Juni 2013

Kabut

Apakah aku terlalu sibuk membuat kabut itu menjauh dariku?

Hari-hari yang panjang, saat aku semakin menyadari ternyata banyak sekali ada kabut. Terlebih saat aku sadar bahwa kabut tersebut hanyalah kabut yang sangat tipis, menyelimuti dengan lembut. Hei, apakah aku harus menyibak kabut-kabut itu? Karena mataku ini tak setajam mata kalian. Tapi bagaimana aku menghalau kabut  lain sementara kabut yang menutupiku belum lenyap?


Tapi akhirnya hari ini aku paham, bahwa mengetahui senyummu di balik kabut sangat menyenangkan. Akan kulakukan lagi kalau begitu..

(ditulis hari ini, pada tumpukkan buku)

Aku, Kamu, dan Kita

Ini negeriku, sob. Tapi ini negerimu juga. Ini negeri kita! “Kedaulatan ada di tangan rakyat (UUD 1945 pasal 2 ayat 1)” rakyat itu adalah kita dan bukan presiden, kan? 
Menilik Indonesia tentunya akan ada ‘cerita’ dari berbagai penjuru negeri, misalnya ‘cerita’ tentang kenaikan hrga BBM yang sedang marak akhir-akhir ini. Dalam setiap ‘cerita’ tentunya akan ada tokoh antagonis dan protagonist yang akan memberi bumbu sesuai perannya masing-masing. Untuk menilai mana tokoh antagonis dan protagonist, akan kembali kepada si penilai dan perspektif yang dimilikinya. Suatu ‘cerita’ bagus atau engga pun akan kembali pada si pengamat cerita. Dan perspektif itu ternyata relatif, sob.

-Menjadi Kritis-

Dari sekian banyak ‘cerita’ yang terjadi, tentunya kita semua sebagai warga negara setidaknya perlu tahu apa yang terjadi. Berpikir kritis dan menaggapi sesuatu dengan tepat aka lebih dibutuhkan lagi. Jangan sampai kita cuma ikut-ikutan atas isu-isu yang muncul berkaitan dengan suatu ‘cerita’, baik isu positif ataupun negatif, baik isu pro maupun kontra. Karena omongan kita yang tanpa dilandasi pemikiran kritis bisa merusak, sob. Apalagi kalo ternyata lo cuma mau ‘seru-seruan’ dari semua itu. Dipikir lagi lah ya..
Menjadi kritis bukan berarti melawan. Menjadi kritis juga bukan berarti harus jadi yang paling benar, apalagi paling mau didengar. Lantas apa itu menjadi kritis? Yah, definisi kritis menurut saya adalah berpendapat mengenai suatu hal secara semsetinya dengan berlandaskan fakta dan bukti yang ada. Menurut lo apa, sob? Well, lagi-lagi definisi itu ga ada yang salah.

-Saintis bukan Apatis-

Ya, saya –insyaAllah akan menjadi- seorang saintis. Lantas apa berarti seseorang yang bukan memiliki latar sosial-politik-ekonomi boleh acuh tak acuh atsa lingkungannya? Hmm, kayanya engga gitu juga deh, sob. Ini kan negeri kita, tempat kita menghembuskan nafas sehari-hari, masa iya kita ga peduli? Trus berharap ada orang lain yang mikirin gitu? Sedih sih rasanya kalo denger ada yang ga peduli dan ga mau tau sama keadaan sekitarnya. Kalo ga mau repot-repot bertindak, seengganya kita harus tau, sob. Jangan sampe nih, terjadi sesuatu dan kita gatau sama sekali atau cuma dengar sepintas dari pembicaraan orang lain. Wah, ga update itu namanya..
Dulu saya juga berpikir bahwa sepertinya itu bukan ranah seorang saya –yang ingin jadi saintis- untuk turut ‘ribut’ dan bisa menyerahkannya pada sang ahli. Tapi ternyata jadi apatis ga seru loh, hehe. Untuk sebuah alasan egois, “mana bisa lo jual ilmu lo kalo ga paham lingkungan sekitar pasar, sob?” atau untuk sebuah kepedulian yang ga perlu alasan, kita memang mesti cari tahu tentang ‘cerita’ di negeri ini. Negeri kita, kan?

Yah, mungkin ocehan ini aneh. Tapi sekiranya saya ingin berbagi sama lo semua, sob. Berada dan menimba ilmu di kampus kuning yang dekat dan tanggap dengan ibukota ini benar-benar sebuah pengalaman seru buat saya. Ternyata kita sebagai rakyat bisa berbuat banyak, sob, ga cuma manggut-manggut saja kalau disuruh sesuatu sama ‘orang-orang atas’ sana. Kita bisa memberi kritik dan saran, mendukung, membantu, mengawasi, atau lebih kerennya memikirikan bagaimana supaya keputusan bisa dipoles demi Indonesia yang makin maju.

Jangan sampe lah ada lagi bumbu-bumbu hangus di ‘cerita’ yang bikin rasanya jadi ga enak. Malu lah, sob, sama Ibu Pertiwi. Sudah lebih dari kepala 6 umur merdekanya, jangan sampai mental pemudanya bini-gini aja, apa lagi makin buruk. Ayo lah kita majukan Indonesia ini dengan tangan kita sendiri, biar bangga Ibu Pertiwi lihat anak-anaknya kelak. Jangan lupa doain Indonesia-nya ya, sob, biar makin keren. Bismillah, ayo kita sama-sama!

We Four in Here

To my dearest siblings,
Having you all would be one of the best moments ever.
Here, when I’m 18 and you don’t even have swing.
When your pink cheeks can completely be mine.
When it’s free to laugh or to roll at the ground.
We play like nothing else matter.
We play like time just stands steadily there.
And you play till fight so badly and mommy calling out my name.

Yeah, we are four..

Sabtu, 15 Juni 2013

Time Flies

It’s already June here. I’ve just finish my two semesters as a college students. However, time flies really fast that I couldn’t grab many things. It seems like times grew faster that I’ve felt when I was in high school, didn’t it? Or am I the one feeling that way, huh?

It’s such a sorry again if you were waiting for my writings (don’t know if it’s really happening :p). Well, but this is a quite long holiday that could last for three months in rough and I think I would post many drafts which is only half to go. Have a nice read!


Oh wait, did I miss your birthday eve, my sweetest blog ever? Haha, don’t be mad at me then. Please keep your faith to listen to anything I’ll tell you, really..