“aku rindu saat-saat itu. Saat-saat zhuhur di masjid tembok hijau itu, entah berimam parangeni, saeju, atau salman yang seringkali. Beringsut mundur setelah sholat. Menunduk dzikir dihembus angina dari pintu samping belakang. Mendirikan sunnah dan mengambil Qur’an, lalu, cari pojok-pojok ternyaman, kemudian perlahan membacanya. Aku rindu, sungguh rindu :’)”
Membacanya, aku bisa mereka
setiap detiknya. Aku bisa mengingat setiap visual yang kudapat ketika dulu
melakukannya, benar-benar melakukannya. Dan mengingantnya membuat kerinduan
yang tersimpan dalam setiap sel di tubuhku ini membuncah. Ah, aku juga rindu
setiap detik yang kupunya dulu di ic kawan, lebih dari apapun..
Ada malam ketika kita saling membangunkan, untuk tahajud kemudian berjalan dalam gelap ke kantin, sahur. Ada juga malam-malam ketika kita terlamabat bangun, dan sekonyong-konyong berlari ke kantin dan makan sahur cepat-cepat. Ada shubuh, ketika aku terbangun kesiangan dan terburu-buru mengejar iqamah. Ada juga pagi, ketika aku terbangun dan asrama masih sepi padahal adzan di luar sudah menggema. Tak terdengar sampai asrama, karena speaker yang mati atau dimatikan. Kemudian terburu-buru memencet bel dan megetuk tiap pintu kamar…
Ah, aku rindu kawan. Bahkan hanya
dengan sekeping memori tentang pagi buta. Yang kini tak lagi kutemui, tak ku
hirup atmosfernya…
(ditulis pada tigabelas oktober
duaribuduabelas, lepas pukul lima)
naylah..:")
BalasHapuskangen banget yaa..
aku juga kangen rutinitas pagi itu nay,
janjian bangunin buat sahur shaum Daud
berlama-lama di masjid..
ah, kangen banget ya >.<
kangen selalu fit..
BalasHapusapalagi sama semua hal tentang masjid ulil albab ya.. :')