Kamis, 25 Juli 2013

16 Ramadhan yang ke-4

Ramadhan adalah bulan yang selalu spesial dengan segala keutamaannya, terlebih dengan adanya salah satu peristiwa besar untuk GRADIATOR.

-di balik 16 Ramadhan-

Angkatan 15 MAN Insan Cendekia Serpong, tentu saja saat pertama ‘mendarat’ di Insan Cendekia belum memiliki nama. Adalah sebuah tradisi positif bagi setiap angkatan untuk memiliki nama, lambang, serta yel-yel. Jadilah angkatan 15, yang waktu itu masih beler-beler #eh, berkumpul untuk merumuskan segala pernak-pernik angkatan yag diperlukan, lengkap dengan pengurus.

Trus ada apa dengan tanggal 16 Ramadhan?
Cerita punya cerita, setelah dirumuskan sedemikian rupa, terbentulah pengurus angkatan 15 dan terpilihlah nama angkatan, belum memiliki lambang dan yel-yel (eh iya ga sih? Lupa, haha). Nah, kemudian pada tanggal 16 Ramadhan 1430 H, saat angkatan 15 mendapat giliran untuk membangunkan sivitas IC sahur, di-launching lah sebuah nama yang telah terpilih itu melalui ‘siaran’ sekolah, yaitu:

GYCENTIUM CREDAS DISORATOR

Sejak saat itu, ditetapkan lah tanggal 16 Ramadhan 1430 H yang bertepatan dengan 6 September 2009 sebagai hari lahirnya angkatan 15. Yeay!

-sedikit nostalgia-

Ultah GRADIATOR yang pertama, baik dalam versi Hijriah ataupun masehi, waktu itu ga terlalu dirayain. Maksdunya ga bikin pesta gitu kan kita, haha. Waktu itu 6 September 2010 jatuh di tengah-tengah libur lebaran, jadilah kita sedang berada di kampung halaman masing-masing. Seingat gue, waktu itu kita cuma mau bikin rekor 15000 komentar di Facebook? Iya ga sih? Haha, mohon koreksi dong..

Kemudian ultah GRADIATOR yang kedua, sepertinya merupakan ultah yang paling spesial nih. Salah satu alasannya, yaitu memang merupakan tradisi di IC kalau angkatan yang sedang berada di kelas XII merayakan ulang tahunnya. Jadilah waktu itu GRADIATOR menyelenggarakan pesta selamatan kecil-kecilan pada 16 Ramadhan di kantin IC. Hayoo, pada masih inget ga? :p

dekorasi kantin

Yang paling baru, ultah GRADIATOR ke-3 kemarin, dirayakan dengan meriah secara terpisah per region karena 6 September 2012 lalu, massa gycen sudah memasuki kehidupannya sebagai mahasiswa di kampusnya masing-masing. Jadilah merayakannya pun terpaksa terpisah-pisah, di Bandung, Depok, dan Jogja yang merupakan region-region dengan persebaran massa gycen terbanyak. Kita juga melakukan video call via skype antar region loh, ke Jogja, ke Bandung, bahkan ke Padang bersama Deta dan Doni! :D


kue ultah Gycen JKT-49 :9

Dan hari ini, adalah 16 Ramadhan yang ke-4 setelah launching nama. Berarti, GRADIATOR sudah menginjak usia yang ke-4 versi Hijriah yang bertepatan dengan 25 Juli 2013 *versi pemerintah*. Hari ini, kita ‘membombardir’ twitterland dengan tweet-tweet yang bertagar #gcd415. Yeay! Semangat semoga bisa jadi TTWW walau cuma 5 detik.. :p

-selamat dan doa-

Selamat milad, GRADIATOR, angkatan gue yang kece pake banget! Selamat milad versi kalender Hijriah!
Semoga makin kece, tetep terjalin silaturrahminya, tetep saling mengingatkan, tetep jadi bocah-bocah gycen unik yang pernah gue kenal.. :”)
Semoga juga kita tetap layak menyandang gelar alumni Insan Cendekia ya..
Oiya, ayo sama-sama kita sukseskan Roadshow IAIC 2013! #tetep hehehe..

“Never broken always unite, cause we’re the best no matter what!”


Dulu

Selamat datang di era millennium! Pada masa ini, segala sesuatunya sudah terbilang mudah. Tidak perlu bersusah-susah teriak atau berlari-lari memanggil seseorang yang jauh di sana, kan ada yang namanya Handphone. Tinggal tekan tombolnya, dan kau pun terhubung dengan orang yang dimaksud. Apalah arti sebuah selat kecil yang memisahkan pulau Jawa dengan Madura, sudah ada jembatan besar nan kokoh sepanjang kira-kira 5 km  yang menghubungkannya. Tak perlu lagi repot-repot menumpang kapal untuk menyebrang. Komunikasi lintas negara bahkan benua pun menjadi sangat mudah dengan kehadiran ‘mahluk’ yang disebut ‘internet’.

Hoi, ternyata soal-soal sepele seperti makanan juga semakin mudah diperoleh. Kalau ingin memakan benda panjang keriting dari tepung terigu yang disebut mie, maka sudah tidak perlu lagi repot-repot menguleni adonan tepung terigu dan menarik-nariknya. Sudah ada yang namanya ‘mie instan’ di era ini. Bahkan benda-benda lain dengan embel-embel instan pun mulai bermuculan, seperti pop corn, bubur, pudding, bahkan si vla yang senantiasa menemani pudding. Boleh jadi nanti bisa ditemukan pizza instan, tinggal masukkan ke dalam benda ajaib bernama 'microwave', tunggu 3 menit, dan Ting! pizza lezat siap dihidangkan. who knows?

Ah, hebat sekali zaman ini bukan? Apalagi dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang pesat laksana rudal yang ditembakkan dengan kecepatan penuh. Semoga tidak perlu ada yang namanya Perang Dunia III. Karena tidak terbayangkan bukan, amunisi seperti apa yang akan digunakan dalam perang? Rudal dan bom atom pun mungkin sudah kalah seru, tergantikan oleh virus mematikan yang menyebar dan dalam sekejap menghabisi satu negara.

Sayangnya, aku tidak tahu, apakah lantas kemajuan teknologi itu menambah kearifan yang kita miliki pada Ibu Alam atau hanya menambah rasa tidak puas berkepanjangan. Aku tidak tahu, apakah lantas kemajuan teknologi menghilangkan harga dari sebuah kejujuran atau malah menjual mahal kata menang. Oi, jangan-jangan aku yang mengoceh begini justru sebenarnya ‘tidak tahu apa-apa’?

Sebenarnya yang meresahkanku adalah tentang kekayaan alam yang makin sedikit ini. Kalau aku mendengar mamaku bercerita tentang masa kecilnya, yang berkecamuk hanyalah rasa iri. Katanya, “Dulu waktu Mama masih kecil, kalau mau masak sayur apapun ga perlu beli. Tinggal nyari aja di kebon trus di masak deh. Buah juga sama. Kalau lagi main di kebon tuh kenyang, Nel, bisa mungutin buah trus langsung dimakan.” Aduhai, mana pernah aku bermain pada tanah luas berisi sayur-mayur dan buah-buahan begitu (paling di Mekarsari). Kebun-kebun itu sekarang sudah berganti, menjadi rumah-rumah yan dibangun berjejer rapi. Mencari rumah dengan kebun yang luas pun sudah terbilang sulit di kawasan Jakarta yang padat penduduk ini.

Yang terjadi pada hewan-hewan di hutan sana juga sama saja. Dulu, boleh jadi Indonesia memiliki tiga jenis harimau yang berbeda, Harimau Jawa, Harimau Sumatera, dan Harimau Bali. Sekarang? Jangan ditanya, tinggal satu spesies di Jawa ini yang masih ada dengan jumlah populasi yang tidak seberapa. Aku bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melihat ketiganya secara langsung dan mengenali perbedaannya. Yang tinggal hanyalah bacaan pada buku teks, internet, serta ‘omongan’ para peneliti terdahulu. Mungkin harimau-harimau yang dulu bebas berlari itu sekarang sudah menjelma menjadi hiasan rumah, tas, sepatu, atau mantel hangat.

Aku jadi bertanya-tanya, apa aku juga akan menceritakan hal yang serupa pada anak-cucuku kelak? Hari ini boleh jadi aku menceritakan keindahan Pulau Condong di Lampung Selatan kepada kalian dengan mata berbinar-binar. Pasirnya yang putih, air lautnya yang bening, ikan-ikan kecil yang bermain di pinggiran pantai, bintang ular laut yang sibuk berputar, timun laut yang asik menggeliat.. Kira-kira itu semua akan bertahan sampai kapan? Jangan-jangan aku akan menambahkan banyak kata ‘dulu’ itu dalam ceritaku, “Dulu, waktu Mama masih SMA, Pulau Condong itu indak sekali, kak…”? Atau jangan-jangan lagi, anak-anakku bahkan tidak punya kesempatan untuk melihat betapa indah lorengnya harimau? Ugh, membayangkannya saja mengerikan.


Ah, hanya sebuah pemikiran yang ingin kubagikan…

MPKT


“Belajar itu tidak selalu saklek ada di kelas, tapi di mana pun, bahkan dari sebuah hiburan yang tepat” -Aku-

Sayangnya, yang ingin kuceritakan di sini adalah sebuah pelajaran di kelas. Adalah MPKT (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi) yang menginspirasi, haha. MPKT merupakan mata kuliah yang aku dapatkan saat menjalankan dua semester pertama kehidupanku sebagai mahasiswa Universitas Indonesia. Ada dua macam MPKT yang didapatkan, yaitu MPKT A (sosial-humaniora) dan MPKT B (teknologi, sains, dan kesehatan). Bukan main, bobot yang dibawa kedua MPKT tersebut ialah 6 sks untuk masing-masingnya.

Meski membawa bobot sks yang cukup banyak, 12 kalau ditotalkan, sayangnya MPKT masih sering dianggap sebagai pelajaran yang gabut, abstrak, dll. Memang sih, sebagian besar (atau seluruhnya?) kelas MPKT diisi dengan membuat rangkuman, peta konsep, borang, diskusi kelompok, dan presentasi yang sedikit membuat bosan. Tapi untukku, mata kuliah ini keren sekali!

Pada MPKT A, yang sedikit banyak mirp dengan pelajaran kewarganegaraan, dipelajari ialah hal-hal yang berkaitan dengan bidang sosial dan humaniora. Mulai dari otak manusia yang terkecil, karakter, kepribadian, individu, kelompok, masyarakat, budaya, sampai yang terbesar dari kesatuan-kesatuan dan membentuk bangsan dan negara Indonesia. Sedangkan pada MPKT B, hal-hal yang dipelajari lebih bersifat eksak dan merupakan ilmu pengetahuan alam. Di antaranya ialah siklus hidrologi, daya dukung bumi, keanekaragaman hayati, mutasi, statistik, sistem tata ruang perkotaan, sampai segala hal tentang banjir. Kedua MPKT tersebut tentu saja difokuskan mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan keadaan Indonesia, baik masyarakat maupun keadaan alamnya.

Berangkat dari segala pemahaman yang aku dapatkan selama belajar MPKT, Indonesia itu memang sangat amat keren sekali. Lebih, lebih, lebih, dan jauh lebih keren dari yang aku tau selama ini. Mahasuci Allah yang telah mendesain Indonesia sebegitu rupa sehingga tidak hanya kaya pada sumber daya alamnya, tetapi juga sumber daya manusia. Hoi, di mana lagi bisa kita temukan negara yang seperti Indonesia?

Sayang disayang, yah kubicarakan lagi-lagi, kadang kearifan yang sejatinya dimiliki manusia semakin berkurang, baik dalam interaksi kepada Tuhan, kepada alam, dan kepada sesamanya. Aku tidak bilang kau tidak arif, tentu saja tidak. Masih banyak ‘seseorang’ yang peduli terhadap banyak hal. Aku juga tidak bilang aku ini termasuk yang peduli, hanya berusaha saja menjadi peduli, hehe..


Yah intinya, banyak pake banget pelajaran yang dapat diambil dari MPKT ini. Walau terkadang emang rumit, abstrak, membosankan, tapi kalau ditilik dari sisi lain ternyata MPKT ini juga sangat bermanfaat. Walau dulu sewaktu kecil aku juga pernah berpikir, “apalah belajar pkn ini? Sudah abstrak, tak ada parameter yang pasti” tapi ternyata sangat bermanfaat loh. Seengganya, semoga efek dari MPKT ini sesuai dengan apa yang disusun, dirancang, dan diharapkan tim dosen MPKT, yaitu mencetak generasi unggul yang peka terhadap sekitar, baik kepada Tuhan, alam, dan sesama manusia.Well, mari cintai Indonesia! 

Turned 19

I was exactly 19 years old last 14, yeay! Alhamdulillah.. :D

First I opened the google chrome window, google site appear. And showed a picture:
I was thinking, “wah siapa nih yang nemuin cake sama tart? Lagi ultah juga kah?” and really didn’t have any thought about my own birthday. But when I moved the cursor, the picture congratulated me, yeay! Hahaha norak banget lah. Thanks google! ^^

Biggest wishes this birthday:
ROADSHOW SUKSES! *fight*
(ah, ini kepanitiaan pertama yang gue ketuai langsung, atau boleh jadi satu-satunya)

Sudah tua, nay. Sudah bukan saatnya lagi suka merajuk. Jangan lupa adiknya udah empat.. #abaikan

Alhamdulillah, semoga masih banyak kesempatan untuk berbuat banyak J