“Belajar itu tidak selalu saklek ada di kelas, tapi di mana pun, bahkan dari sebuah hiburan yang tepat” -Aku-
Sayangnya, yang ingin kuceritakan di sini adalah sebuah pelajaran
di kelas. Adalah MPKT (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi) yang
menginspirasi, haha. MPKT merupakan mata kuliah yang aku dapatkan saat
menjalankan dua semester pertama kehidupanku sebagai mahasiswa Universitas
Indonesia. Ada dua macam MPKT yang didapatkan, yaitu MPKT A (sosial-humaniora)
dan MPKT B (teknologi, sains, dan kesehatan). Bukan main, bobot yang dibawa
kedua MPKT tersebut ialah 6 sks untuk masing-masingnya.
Meski membawa bobot sks yang cukup banyak, 12 kalau ditotalkan,
sayangnya MPKT masih sering dianggap sebagai pelajaran yang gabut, abstrak,
dll. Memang sih, sebagian besar (atau seluruhnya?) kelas MPKT diisi dengan
membuat rangkuman, peta konsep, borang, diskusi kelompok, dan presentasi yang
sedikit membuat bosan. Tapi untukku, mata kuliah ini keren sekali!
Pada MPKT A, yang sedikit banyak mirp dengan pelajaran
kewarganegaraan, dipelajari ialah hal-hal yang berkaitan dengan bidang sosial
dan humaniora. Mulai dari otak manusia yang terkecil, karakter, kepribadian,
individu, kelompok, masyarakat, budaya, sampai yang terbesar dari
kesatuan-kesatuan dan membentuk bangsan dan negara Indonesia. Sedangkan pada
MPKT B, hal-hal yang dipelajari lebih bersifat eksak dan merupakan ilmu
pengetahuan alam. Di antaranya ialah siklus hidrologi, daya dukung bumi,
keanekaragaman hayati, mutasi, statistik, sistem tata ruang perkotaan, sampai
segala hal tentang banjir. Kedua MPKT tersebut tentu saja difokuskan
mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan keadaan Indonesia, baik
masyarakat maupun keadaan alamnya.
Berangkat dari segala pemahaman yang aku dapatkan selama belajar
MPKT, Indonesia itu memang sangat amat keren sekali. Lebih, lebih, lebih, dan
jauh lebih keren dari yang aku tau selama ini. Mahasuci Allah yang telah
mendesain Indonesia sebegitu rupa sehingga tidak hanya kaya pada sumber daya
alamnya, tetapi juga sumber daya manusia. Hoi, di mana lagi bisa kita temukan
negara yang seperti Indonesia?
Sayang disayang, yah kubicarakan lagi-lagi, kadang kearifan yang
sejatinya dimiliki manusia semakin berkurang, baik dalam interaksi kepada
Tuhan, kepada alam, dan kepada sesamanya. Aku tidak bilang kau tidak arif,
tentu saja tidak. Masih banyak ‘seseorang’ yang peduli terhadap banyak hal. Aku
juga tidak bilang aku ini termasuk yang peduli, hanya berusaha saja menjadi
peduli, hehe..
Yah intinya, banyak pake banget pelajaran yang dapat diambil dari
MPKT ini. Walau terkadang emang rumit, abstrak, membosankan, tapi kalau ditilik
dari sisi lain ternyata MPKT ini juga sangat bermanfaat. Walau dulu sewaktu
kecil aku juga pernah berpikir, “apalah belajar pkn ini? Sudah abstrak, tak ada
parameter yang pasti” tapi ternyata sangat bermanfaat loh. Seengganya, semoga
efek dari MPKT ini sesuai dengan apa yang disusun, dirancang, dan diharapkan
tim dosen MPKT, yaitu mencetak generasi unggul yang peka terhadap sekitar, baik
kepada Tuhan, alam, dan sesama manusia.Well, mari cintai Indonesia!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusaku suka MPKT A juga kakk! cukup membuka wawasan dan cara berpikir aku awalnya terlalu saklek dengan teori :) tapi aku cukup kewalahan dengan MPKT B. ada kah tips untuk MPKT B kak? boleh kah sharing? hehe. fyi, aku anak 2015 yg baru dpt MPKT B tahun ini hehe
BalasHapusYa Nayla, terima kasih - kamu menyukai MPKT-B. Aku dulu ngajar MPKT-B sampai 2015. Selesai itu, pensiun totallah aku. Akomodasi di kampus diberikan kepada dosen yg lebih muda
BalasHapus