Ini negeriku,
sob. Tapi ini negerimu juga. Ini negeri kita! “Kedaulatan ada di tangan rakyat
(UUD 1945 pasal 2 ayat 1)” rakyat itu adalah kita dan bukan presiden, kan?
Menilik
Indonesia tentunya akan ada ‘cerita’ dari berbagai penjuru negeri, misalnya ‘cerita’
tentang kenaikan hrga BBM yang sedang marak akhir-akhir ini. Dalam setiap ‘cerita’
tentunya akan ada tokoh antagonis dan protagonist yang akan memberi bumbu
sesuai perannya masing-masing. Untuk menilai mana tokoh antagonis dan protagonist,
akan kembali kepada si penilai dan perspektif yang dimilikinya. Suatu ‘cerita’ bagus
atau engga pun akan kembali pada si pengamat cerita. Dan perspektif itu
ternyata relatif, sob.
-Menjadi
Kritis-
Dari
sekian banyak ‘cerita’ yang terjadi, tentunya kita semua sebagai warga negara
setidaknya perlu tahu apa yang terjadi. Berpikir kritis dan menaggapi sesuatu
dengan tepat aka lebih dibutuhkan lagi. Jangan sampai kita cuma ikut-ikutan atas
isu-isu yang muncul berkaitan dengan suatu ‘cerita’, baik isu positif ataupun
negatif, baik isu pro maupun kontra. Karena omongan kita yang tanpa dilandasi
pemikiran kritis bisa merusak, sob. Apalagi kalo ternyata lo cuma mau ‘seru-seruan’
dari semua itu. Dipikir lagi lah ya..
Menjadi
kritis bukan berarti melawan. Menjadi kritis juga bukan berarti harus jadi yang
paling benar, apalagi paling mau didengar. Lantas apa itu menjadi kritis? Yah,
definisi kritis menurut saya adalah berpendapat mengenai suatu hal secara
semsetinya dengan berlandaskan fakta dan bukti yang ada. Menurut lo apa, sob? Well,
lagi-lagi definisi itu ga ada yang salah.
-Saintis bukan
Apatis-
Ya,
saya –insyaAllah akan menjadi- seorang saintis. Lantas apa berarti seseorang
yang bukan memiliki latar sosial-politik-ekonomi boleh acuh tak acuh atsa
lingkungannya? Hmm, kayanya engga gitu juga deh, sob. Ini kan negeri kita,
tempat kita menghembuskan nafas sehari-hari, masa iya kita ga peduli? Trus berharap
ada orang lain yang mikirin gitu? Sedih sih rasanya kalo denger ada yang ga
peduli dan ga mau tau sama keadaan sekitarnya. Kalo ga mau repot-repot
bertindak, seengganya kita harus tau, sob. Jangan sampe nih, terjadi sesuatu
dan kita gatau sama sekali atau cuma dengar sepintas dari pembicaraan orang
lain. Wah, ga update itu namanya..
Dulu
saya juga berpikir bahwa sepertinya itu bukan ranah seorang saya –yang ingin
jadi saintis- untuk turut ‘ribut’ dan bisa menyerahkannya pada sang ahli. Tapi ternyata
jadi apatis ga seru loh, hehe. Untuk sebuah alasan egois, “mana bisa lo jual
ilmu lo kalo ga paham lingkungan sekitar pasar, sob?” atau untuk sebuah
kepedulian yang ga perlu alasan, kita memang mesti cari tahu tentang ‘cerita’
di negeri ini. Negeri kita, kan?
Yah,
mungkin ocehan ini aneh. Tapi sekiranya saya ingin berbagi sama lo semua, sob. Berada
dan menimba ilmu di kampus kuning yang dekat dan tanggap dengan ibukota ini
benar-benar sebuah pengalaman seru buat saya. Ternyata kita sebagai rakyat bisa
berbuat banyak, sob, ga cuma manggut-manggut saja kalau disuruh sesuatu sama ‘orang-orang
atas’ sana. Kita bisa memberi kritik dan saran, mendukung, membantu, mengawasi, atau lebih kerennya
memikirikan bagaimana supaya keputusan bisa dipoles demi Indonesia yang makin maju.
Jangan
sampe lah ada lagi bumbu-bumbu hangus di ‘cerita’ yang bikin rasanya jadi ga enak. Malu
lah, sob, sama Ibu Pertiwi. Sudah lebih dari kepala 6 umur merdekanya, jangan
sampai mental pemudanya bini-gini aja, apa lagi makin buruk. Ayo lah kita
majukan Indonesia ini dengan tangan kita sendiri, biar bangga Ibu Pertiwi lihat
anak-anaknya kelak. Jangan lupa doain Indonesia-nya ya, sob, biar makin keren. Bismillah,
ayo kita sama-sama!