“ditelpon
oleh nomer yang ga dikenal saat orang-orang sedang sholat Jumat itu… (141212,
12:10)”
Setengah
tahun yang lalu, 15 Juni 2012, saya mengirimkan formulir pendaftaran beasiswa
Monbukagakusho (beasiswa dari pemerintah Jepang) ke kantor kedutaan besar
Jepang di Jakarta. Hari itu merupakan hari terakhir penyerahan formulirnya. Pun
formulirnya baru diisi, ditulis tangan pula, malam sebelumnya. Karena satu dan
lain hal, sempat berpikir untuk ga jadi daftar aja. Tapi akhirnya terlaksana
juga atas bantuan dari berbagai pihak, terima kasih.. ^^
Hampir
sebulan setelahnya, 07 Juli 2012, diumumkan nama-nama yang lolos seleksi berkas
dan berhak untuk mengikuti ujian tulis. Alhamdulillah! Nama saya ada di sana.
Diberitahukan juga bahwa tes tulis akan dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2012.
Oke sip, langsung belajar ini mah! Dan dimulailah seminggu penuh belajar saya
lakukan, di tengah libur kelulusan. Rasanya agak ga yakin juga untuk ikut tes
tulis dengan waktu belajar seminggu. Tapi Bismillah, insya Allah bisa.
Akhirnya
setelah mengepang tekad, saya berjuang! Hehe. Dimulai dengan mencetak
(ngeprint) soal-soal tes tulis Monbukagakusho tahun-tahun sebelumnya dan
mengumpulkan kepingan-kepingan (oke ini agak lebay) materi-materi A Level yang
dulu digunakan saat menghadapi tes masuk NTU. Hmm sebenernya agak merasa keren
juga sih, dalam seminggu melahap materi matematika, kimia, dan biologi sebanyak
itu. Hehe. Yah namanya juga usaha.
Akhirnya
tibalah tanggal mainnya. Pada hari senin, 16 Juli 2012, dilaksanakanlah tes
tulis untuk program S1 di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia. Panik
sekali hari itu rasanya. Ditambah lagi AC ruangan yang terasa sangat dingin.
Oke, mungkin emang karena cemas aja kali ya. Tes dimulai dengan Bahasa Inggris,
Matematika, Kimia, dan diakhiri dengan Biologi. Gimana soalnya? Yah mantep
banget dah pokoknya! Tapi ya Alhamdulillah, hehe. Selesai tes, semuanya
dipasrahkan aja sama Allah sambil berdoa, udah berusaha.. J
Tanggal
6 Agustus 2012 (kalo ga salah) saat sedang mengerjakan tugas OSPEK di rumah teman,
ada nomer ga dikenal yang menghubungi. Alhamdulillah, ternyata itu panitia
pelaksana dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, memberitahubahwa saya lolos
seleksi tertulis. Yeaaay, alangkah senang waktu itu rasanya! Saya ingat, Ibu
yang menelepon itu ialah orang yang sama yang mengawas dan memberikan soal
sewaktu tes tertulis. Beliau juga memberitahu bahwa tes wawancara akan
dilakukan hari Selasa, 13 Juli 2012 di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta dan
harus membawa beberapa dokumen kelengkapan seperti pas foto, fotokopi rapot
yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, hasil tes kesehatan, dan
beberapa dokumen lainnya.
Setelah
menyiapkan semua berkas yang diminta, berangkatlah saya pada hari selasa
tersebut menuju Kedutaan Besar Jepang diantar adik naik motor (oke, seperti ada
yang salah yah -.-). Sebelum interview, ada tes bahasa jepang gitu yang
beneran, asli bikin kaget banget banget! Tapi kata panitianya ga berpengaruh
sama penilaian sih, Cuma untuk mengetahui bisa bahasa jepang atau engga. Question sheet itu full bahasa jepang, cuma ada sedikit bahasa inggris sebagai judul. Dan
berhubung belom punya skill bahasa jepang sama sekali, ya dinamain doang deh
question sheetnya sama saya. Fufufu..
Saat itu
juga, panitia beasiswa dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia mengklarifikasi
bahwa belum tentu para peserta yang lolos tes tertulis dan dipanggil wawancara
pasti berangkat ke Jepang. Namun panitia berharap sebanyak mungkin peserta dari
Indonesia dapat lolos walaupun akan sulit karena berkas-berkas dan hasli tes
akan diperbandingkan langsung dengan peserta-peserta dari negara lain.
Setelah
nunggu agak lumayan lama karena nama saya di nomer urut agak belakang (urut
abjad waktu itu), akhirnya tibalah giliran saya diinterview, jreng jreng!
Interviewnya pake bahasa Indonesia sih, Alhamdulillah banget yah.. Waktu itu
yang mewawancara ada tiga orang, satu Ibu dan dua Bapak. Salah satu dari dua
Bapak ini ga bisa bahasa Indonesia sama sekali loh, jadilah beliau didampingi
seorang penerjemah yang mengubah setiap ucapan saya menjadi bahasa jepang.
Ckckck.. Bapak dari Jepang asli ini kebanyakan hanya mendengarkan saya menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dua pewawancara yang lain sambil nulis
ini-itu di notesnya. Mungkin karena bingung juga kali yah.
Ada
suatu ketika, saya lupa persisnya gimana, saat saya bilang sesuatu yang ada
yukata dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, si Bapak Jepang itu spontan
bertanya sesuatu yang tentu aja saya ga ngerti. Tumben loh si Bapak ini ngomong
langsung ke saya, sepertinya lupa saya ga ngerti. Habis diterjemahin ternyata
gini, “kamu belom pernah pake yukata?” ya saya manggut-manggut aja deh sambil
cengir-cengir, hehe. Trus dijawab gini, “ya, ya, nanti di sana coba pake yukata
ya.” Hehe, makin lebar dong saya ngengirnya. Seperti ada angin segar yang
berhembus. Yah begitu saja lah wawancaranya. Tinggal menunggu pengumuman akhir
diterima atau tidaknya beasiswa yang saya ajukan. Panitia bilang mungkin
Desember baru diumumkan.
Hingga
akhirnya pada hari Jumat lalu, 14 Desember 2012, pengumuman itu datang. Ibu
yang sama yang meneleponku dahulu kembali menelepon. Sayang, yang datang bukan
kabar bagus. Ternyata saya belum mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi
ke Jepang. Kecewa memang, sedih juga ada. Bangkit lagi itu sulit. Beruntungnya
masih banyak semangat yang datang meyakinkan kalau itu memang yang terbaik.
|
email pemberitahuan |
Cerita
punya cerita, dari baberapa pengalaman mengikuti tes sulit semacam ini, baru
kali ini saya serius dan dengan sungguh-sungguh berjuang. Waktu tes NTU, belum
paham benar saya dengan materi-materi baru yang serasa berjejalan di kepala.
Tesnya yang -teman-teman bilang- tidak terlalu sulit itu pun jadi terasa
menyeramkan. Saat tes ILA, belum terbayang benar dalam benak untuk mengunjungi
negeri sakura, jadi tidak matang persiapannya. Kalau tes monbukagakusho ini boleh
dihitung yang ‘pertama’, tak mengapalah saya gagal. Di sini jadi dapat
pelajaran tentu saja.
Begitulah,
cerita perjuangan mengejar beasiswa Monbukagakusho program S1 tahun
keberangkatan 2013 memang sudah berakhir. Tapi ini bukan akhir. Masih banyak
perjuangan yang harus dilalui ke depannya. Banyak jalan menuju Roma, pasti
banyak jalan juga menuju Jepang. Kalu ini belum waktunya, akan ada waktu-waktu
lain yang lebih baik. Yang penting, tetap berjuang!